Selasa, 25 Januari 2011

IDE CERITA

Karena Cinta

Ashiko, gadis kelahiran Bandung yang terkenal sangat keibuan dan pengertian. Namun pengalaman pahit atas penghianatan cinta di masa lalu membuatnya sangat dingin terhadap lelaki. Ia tengah menyelesaikan studi S1 di sebuah universitas komunikasi di Bandung. Ia memiliki 2 orang sahabat karib bernama Renata dan Namiera. Mereka lah yang perlahan membuat Ashiko melupakan masa lalunya.
Hingga suatu ketika Ashiko kembali dihadapkan pada dilema Cinta. Jovan, lelaki yang sempat mengetuk hatinya justru membawanya pada pertengkaran yang hampir meretakkan persahabatan dengan Renata dan Namiera. Lantaran kehadirannya dianggap hendak merebut perhatian Ashiko.
Ashiko yang gamang diantara 2 pilihan justru pergi untuk selamanya meninggalkan kedua sahabatnya dan cintanya. Ia meninggal dalam perjalanan kereta api menuju
Yogyakarta. . . . . . . .


Budak di negeri sendiri

Sebuah realitas yang menggambarkan betapa pendidikan yang tinggi saat ini bukanlah jaminan yang paten bagi seseorang untuk dapat menjadikan hidupnya lebih baik. Mengangkat kisah kehidupan seorang remaja kampung yang memilih merantau ke jakarta untuk mengenyam pendidikan tinggi. Berbekal uang hasil penjualan sawah warisan keluarga satu-satunya. Sang pemuda mendaftarkan diri di sebuah universitas di jakarta.
Dengan semangat dan tujuan yang mulia. Sang pemuda menjalani pendidikannya dengan serius dan tekun. Usahanya pun membuahkan hasil. Ia lulus sebagai mahasiswa terbaik di angkatannya. Sebuah kebanggaan yang jarang bagi pemuda kampung sepertinya.
Dengan berbekal ijasah yang dimiliki. Sang pemuda mencoba peruntungannya di jakarta. Satu persatu perusahaan didatangi. Ribuan surat lamaran dilayangkan. Namun jalan nasib tak selalu mujur. Setiap perusahaan yang didatangi hanya memberinya satu kata ‘maaf’. Surat-suratnya pun bagai ditelan bumi tanpa kabar berita.
Ditengah kegalauan, sang pemuda pun memutuskan mengakhiri pencariannya. Dipasrahkannya ijasah yang diperolehnya dengan keringat dan air mata selama 4 tahun di ujung sapu jalanan kota jakarta. Ia memilih menjadi tukang sapu.
‘Disinilah mungkin akhir dari pencarianku. Sebuah keputusan yang teramat pahit bagiku. Namun aku pun tak mau disalahkan atas keputusan ini. Sistem dan birokrasi yang ada lah yang harus bertanggung jawab. Masihkah mereka peduli pada nasibku??? Tuan rumah yang menjadi budak di negeri sendiri’



Aku tlah mati rasa

Saat aku mulai bisa melihat dunia inilah yang aku lihat. Pergerakan waktu yang dipenuhi dengan hiruk pikuk kendaraan di jalanan. Berperang demi sekoin emas untuk mengganjal perut yang meraung-raung seperti singa ditengah rimba.
Hidupku berjalan seiring dengan lagu yang kunyanyikan. Kadang datar, naik, menukik, dan jatuh. Namun tak tentu dimana awal dan akhirnya. Banyak yang menganggapku sampah di jalanan. Hinaan, umpatan, bahkan pengusiran menjadi makanan wajibku setiap hari meski tak pernah membuatku kenyang.
Kini, aku yang dulu dijauhi, dihina, dan dibenci menjadi pusat perhatian banyak orang. Berita tentangku terpampang di halaman depan koran pagi ini. ’11 juni 2009_Sesosok mayat bocah tanpa identitas ditemukan membusuk disekitar rel kereta api argopuro jurusan surabaya-pasuruan. Berdasarkan olah TKP diduga kuat bocah tersebut terlindas kereta api yang tengah melintas’. Perasaan iba, haru, dan kasihan seolah menghapus perlakuan mereka selama ini padaku. Namun disaat semua itu terjadi, aku tlah mati rasa untuk peduli’.
Kisah perjalanan hidup anak jalanan yang terabaikan dari pelataran dunia. Dan bertekuk lutut pada garis hidup yang membawanya mengakhiri perjalanannya. Kematian.

Aku ingin pulang

Terinpirasi keberhasilan Barack Obama menembus gedung putih sebagai presiden kulit hitam pertama di Amerika. Jovan pun memulai langkahnya untuk meniti karir. Namun tidak di dunia politik seperti halnya Obama. Jovan memilih berkarir di media. Dengan berbekal pengalaman sebagai wartawan kampus, jalan jovan terbilang cukup mujur. Jovan berhasil dalam seleksi penerimaan wartawan sebuah koran swasta yang cukup bonafit.
Pekerjaan yang memang diidam-idamkannya sejak dulu itu dijalaninya dengan penuh semangat dan kredibilitas yang tinggi. Dalam waktu yang bisa dikatakan cukup singkat, kurang dari 3 tahun jovan telah dipercaya untuk menjadi pimpinan redaksi salah 1 rubrik di koran tersebut dari yang semula hanya sebagai asisten wartawan. Jabatan yang semakin tinggi otomatis menyita sebagian besar waktunya. Namun semua itu tetap dijalaninya dengan baik. Meski terkadang obsesi terhalang akan kondisi tubuh yang drop akibat telalu diforsir.
Jovan menjalani pekerjaannya dengan membabi buta. Ia tak pernah berfikir mengenai setiap berita yang ditulisnya. Asal memenuhi standard pasar dan diterima redaktur, dia sudah puas. Apalagi jika dia mampu menghasilkan berita melebihi target yang bisa dibuat oleh rekan seprofesinya. Itu tentu saja semakin memotivasi dia untuk bekerja ekstra keras lagi. Demi obsesinya menjadi yang terbaik.
Namun Tuhan menunjukkan hal yang lain padanya, semenjak dia jalan-jalan di perkampugan muslim tionghoa surabaya, mencari bahan berita untuk rubrik masyarakat dan budaya yang dihandlenya, dan berinterasi langsung dengan komunitas muslim tionghoa yang tengah menjalani keasyikan beribadah dan mempelajari tentang agama, rasanya lain.
Realitas yang selama ini dianggapnya hanya sebagai ladang mengeruk keuntungan materi lewat berita yang ditulisnya, ternyata membawa cambukan moral tersendiri baginya. Yakni keagungan Tuhan yang telah ia lupakan selama ini. Tergantikan oleh obsesinya untuk menjadi yang terbaik. Bersama dengan para muslim tionghoa tersebutlah akhirnya jovan menemukan jalannya kembali pada hidayah Ilahi Rabbi.
‘Masih pantaskah kita berbangga diri. Ketika kita tahu bahwa kita tercipta dari setetes air hina yang kemudian disempurnakan kejadiannya oleh Tuhanmu. Sesungguhnya Allah maha pengampun atas dosa-dosa hamba-NYA’.


Berdamai dengan Tuhan

‘Nduk.... kapan kamu akan mulai belajar sholat lagi?’ suara parau nenek sheeva kala melihat cucu semata wayangnya itu sibuk dengan pekerjaannya. Dan melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Dan seperti biasa sheeva hanya membalasnya dengan senyuman. ‘nanti nek. ...Kalo waktunya sudah tiba ya! Rayunya pada sang nenek sekedar memberinya harapan bahwa mungkin kelak ia akan kembali pada hidayah. Mungkin....hanya mungkin. Jika sudah begitu, sang nenek hanya bisa pasrah sembari terus berdoa agar sudi kiranya Tuhan membagi hidayah pada cucunya tersebut. Tak jarang sheeva mendapati neneknya menangis dalam doanya. Doa untuknya.
Sebenarnya Sheeva bukan tak bisa sholat. Ia terlahir dalam lingkungan keluarga yang agamis. Ayahnya adalah seorang dosen filsafat di sebuah universitas islam negeri, yang juga masih memiliki hubungan darah dengan kasultanan Demak. Ibunya meski bukan dari kalangan priyayi namun memiliki dasar pengetahuan agama yang cukup matang, yang didapatnya dari kuliah di Al Azhar Cairo, Mesir. Ibunya adalah lulusan terbaik di kampusnya yang mendapatkan beasiswa S2 ke luar Negeri. Sheeva pun adalah lulusan perancis di jurusan perbandingan agama. Sebuah dasar agama yang cukup kuat sebenarnya.
Awalnya sheeva tumbuh sebagai gadis yang taat beragama dan tekun. Namun semua berubah semenjak kepergian kedua orang tuanya yang secara tiba-tiba, tepat dihari dimana dia di wisuda. Kedua orang tuanya meninggal dalam perjalanan pesawat menuju perancis ketika hendak menghadiri acara wisudanya.
Tragedi naas tersebut sontak mengubah jalan hidup Sheeva secara drastis. Kini ia tak lebih sekedar seorang gadis tanpa akidah. Dia memilih menyibukkan diri meniti karir sebagai sekretaris direksi sebuah perusahaan otomotif. Semua itu dijalaninya sebagai bentuk pemberontakannya pada takdir. Ia tengah berseteru dengan Tuhan. Tuhan yang telah merenggut kedua orang tua dari sisinya. Hanya neneknya lah yang masih dengan setia mendampingi Sheeva dan terus berusaha memotivasinya untuk berubah. Walaupun sang nenek sadar hal itu bukanlah sesuatu yang mudah.
Hingga suatu ketika kejadian aneh dialami Sheeva. Berkali-kali dia bermimpi dalam tidurnya melihat seorang perempuan tua, mati setelah terjatuh ke dalam sebuah sumur. Awalnya diabaikannya mimpi itu. Namun ia mulai dihinggapi perasaan was-was ketika mimpinya semakin jelas menunjukkan bahwa perempuan tua dalam mimpinya tersebut adalah neneknya sendiri.
Sheeva yang kehilangan akal sehat mulai melakukan hal-hal yang tidak masuk akal . Akibat ketakutannya kehilangan orang yang paling disayangi untuk yang kedua kalinya. Ia melarang neneknya untuk mendekati sumur, bahkan ia pun menutup sumur yang ada dirumahnya. Ia berusaha mencegah mimpinya menjadi kenyataan.
Namun manusia bisa berkehendak tapi kuasa tetap Allah yang menentukan. Nenek Sheeva meninggal ketika tengah mengambil air wudlu di kamar mandi. Ia jatuh terpeleset dan kepalanya membentur dinding bak mandi. Karena darah yang keluar tak kunjung berhenti hingga akhirnya merenggut nyawa neneknya. Kembali Sheeva dihadapkan pada goncangan batin yang menguji keimanannya.
Hidayah datang pada siapa yang dikehendaki-NYA. Kematian neneknya membawa Sheeva pada babak baru tentang arti sebuah perjalanan hidup dan keharusan memasrahkan diri pada taqdir yang telah digariskan. Pilihannya hanyalah apakah kita akan menjalani semua dengan baik sebelum ajal menjemput. Atau memilih menantang taqdir dan mempertanyakannya.
‘Sheeva manusia memang diberi kemampuan untuk berkehendak sejauh yang bisa ia tempuh. Namun ia tetap berada dalam suatu dimensi dimana Tuhanlah yang berkuasa penuh. Segala apa yang terjadi dalam hidup kita bukannya tanpa arti. Semua itu adalah roda kehidupan yang telah dirancang oleh Tuhan agar dapat menjadi pelajaran bagi manusia. Lalu, masih pantaskah kita mempertanyakannya?? ‘,
Sampai detik ini, aku tidak pernah tahu masih pantaskah aku menyebut diriku muslimah. Aku hanya berharap bahwa Islam seperti yang dikatakan nenek. Penuh ampunan, yang menjanjikan keselamatan dan perlindungan bagi yang beriman pada-NYA. Kini akan kukabarkan pada semesta bahwa Islam tlah mengkhitbahku dengan sebait kata syahadat sebagai bukti kepasrahanku pada-MU. Dalam hati yang penuh harap akan Ridlo-Mu kupasrahkan jiwa dan raga ini menjadi budak di langit-langit surga-MU.

Untuk Nami

(tentang janji dan cinta yang tak pernah mati)
Adalah Bima, seorang laki-laki usia 20 tahunan yang setiap hari selalu menyempatkan diri duduk di sebuah stasiun kereta api. Selama 10 tahun dia setia menunggu seseorang yang bertahun-tahun tak kunjung datang. Seseorang yang paling penting dalam hidupnya.
Hingga disuatu senja saat bima duduk, terlihat seorang anak kecil duDuk sendirian dengan wajah memelas tanpa ditemani siapapun , bima datang dan menyanyakan sedang apa dia di stasiun sendiri. Anak itu menjawabbahwa dia sedang menunggu seseorang. Seseorang yang penting dalam hidupnya.
Alur cerita membawa mereka kemasa lalu untuk saling menceritakan siapa sebenarnya yang dia tunggu.Hingga akhirnya diketahui, bahwa yang mereka tunggu adalah seorang wanita yang sama. Dia bernama nami, ibu dari seorang anak kecil sekaligus kekasi bima yang sejak dulu sampai hari itu masih dicintainya dulu mereka terpisah karena orang tua nami tak setuju hubungan mereka,namun ketika perpisahan itu sebenarnya nami sedang mengandungbuah cinta mereka.
Ditengah cerita, sebenarnya nami juga selalu datang ke stasiun bersama bayinya Alu. Sayangnya mereka tak saling bertemu, entah karena selisih waktu 2 detik, ramainya stasiun dll. Nami selalu mendongengkan pada alu bahwa dia sedang menunggu orang yang terpenting dalamhidupnya. Namun naas, sebelum Nami bertemu dengan Bima,dia meninggal terlindas kereta dan dimakamkan warga kampung dekat stasiun. Warga tak pernah menceritakan apapun kepada Alu karena mereka pun tak mengetahui jika Nami meninggalkan seorang anak kecil bernama Alu.
Bima sadar bahwa anak kecil itu adalah anaknya, dan anak itupun mengatakan bahwa namanya adalah Alu Putra Bima, nama yang pernah dibayangkan oleh bima dan nami semasa mereka bersama.
Bima membawa Alu Pergi, berniat merawatnya. Sambil akan tetapmenunngu hari dimana mereka akan bertemu nami untuk berkumpul menjadi keluarga. Nami tak pernah mati dari hati mereka, nami tetap hidup mereka akan selalu menunggu tanpa berhenti. Karena cinta untuk orang yang paling penting dalam hidup adalah cinta yang tak pernah berubah ataupun berhenti.
Hidup dan korbankan sisa hidupmu untuk orang yang paling berarti dalam hidupmu.

INI KISAH CINTA.......

Cinta, mahasiswi jurusan bahasa dan sastra terlahir sebagai putri semata wayang keluarga priyayi. Orang tuanya adalah pendiri sebuah pondok pesantren salaf di wilayah jombang jawa timur. Seperti pada umumnya kehidupan pesantren, Cinta hidup dalam lingkaran tradisi yang ketat.
Namun seperti kata pepatah, cinta akan mencari jalannya sendiri. Seorang pria bernama Roby berhasil mengetuk pintu hati Cinta. Membuatnya percaya bahwa hidup adalah sebuah perjuangan. Sebuah cinta yang lahir dari jiwa suci yang dikirim Tuhan.
Tapi Cinta menjadi gamang ketika ia dihadapkan pada dilema antara cinta dan pengabdian. Cinta dijodohkan dengan Choirul, putra sahabat karib ayahnya.
Begitulah kisah ini bermula hingga pada akhirnya Cinta memilih menjalani pengabdiannya sebagai istri Choirul.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar