Selasa, 25 Januari 2011

MUTIARA YANG TERPENDAM

SINOPSIS

Sebuah pelajaran tentang arti menghargai orang lain. Diandra, gadis kelahiran Bandung yang memutuskan untuk kuliah di Surabaya, di sebuah Universitas Komunikasi. Di lingkungan yang baru, niversitdiandara tak mengenal siapapun. Namun pribadi yang cuek dan easy going membuatnya pandai bergaul.
INCOME, sebuah komunitas pecinta film yang sempat menarik perhatian Diandra. Namun kesan Eksklusif yang diperlihatkan membuat Diandra kehilangan mood.meski ia sempat dekat dengan salah satu personilnya. Sebut saja Permana.
Suatu ketika, pihak universitas mengadakan perlombaan menulis skenario dan fotografi. Dan tentu saja income berada di garda depan. Diam-diam diandra ikut serta dalam event tersebut tapi dibidang yang lain yakni fotografi dunia baru yang menggelitik adrenalinnya
Namun siapa sangka jika Diandra sebenarnya adalah adik dari salah satu juri dalam perlombaan tersebut, Delvin Alfaro. Hal itu membuat income sadar yang mereka pandang sebelah mata adalah mutiara yang terpendam.
PEMAIN
Diandra : Cuek, easy going, tomboy, adventurir kadang juga bijaksana
Delvin : Kakak Diandra, humoris dan pengertian
Permana : Bijak tapi sulit mengontrol suasana
Desi : Individualis tapi setia kawan
Figuran : 1. Dosen : rapi, dan berwibawa
2. teman-teman sekelas: baik hati, individualis, ceria
PROPERTI
Diandra : Tas ransel, tas jinjing, kamera, buku catatan, balpoint
Delvin : Hem lengan panjang
Permana : Brosur, tas ransel
Desi : Tas cewek
Figuran : 1. Dosen : map, spidol
2. Teman-teman sekelas : tas dan buku catatan
SETTING LOKASI
1. Rumah johan
2. Kos Nensi
3. Jalan depan kampus
4. Jalan samping gedung b tarbiyah
5. Depan gedung rektorat
6. Kantin
7. Ruang 25
TREATHMENT
Scene 1
Suasana kamar Diandra. Nampak Diandra tengah sibuk berkemas ia hendak kuliah disurabaya. Sang kakak masuk untuk melihat adiknya.
Scene 2 (non dialog)
Nampak Diandra Turun dari bis. Kemudian menuju sebuah kos-an. Scene ditutup dengan gambar Diandra yang merebahkan diri di atas tempat tidur.
Scene 3
Diandra berjalan menuju kampus. Kelas nampak penuh ketika Diandra datang. Seseorang tiba-tiba menabrak Diandra dari belakang, nampak ngos-ngosan. Sebut saja, Permana. Mereka berkenalan. Scene berakhir ketika seorang gadis yang lain memanggilnya, sebut saja Desi.
Scene 4
Suasana kantin. Nampak Permana dan Desi tengah ngobrol di salah satu meja kantin. Diandra datang dan menyapa keduanya. Desi nampak tidak suka. Akhirnya Diandra memilih duduk di kursi yang lain.
Scene 5
Suasana kelas nampak lengang, hanya ada Desi dan permana ketika Diandra datang. Permana menawari Diandra untuk ikut dalam perlombaan yang diadakan oleh pihak universitas. Desi nampak sinis, yang dipampang itu pastinya foto-foto yang memiliki nilai estetika tinggi, bukan sekedar main-main’ ucapnya dengan nada sinis. Scene berakhir ketika Diandra menerima sebuah telepon.
Scene 6
Nampak Desi dan Permana keluar dari sebuah gedung. Wajahnya sumringah. Gambar beralih pada Diandra yang tengah mengobrol dengan kakaknya. Mereka mendekati Diandra. Dari percakapan inilah mereka tahu bahwa Diandra adik salah seorang juri dalam perlombaan yang mereka ikuti. Scene berakhir dengan gambar Diandra dan kakaknya yang berjalan meninggalkan keduanya. Sebelum pergi Diandra berpesan ‘ ada banyak hal yang perlu kita pelajari dalam hidup ini. diantaranya menghargai orang lain. Belajarlah membuka hati untuk orang lain agar kita dapat melihat betapa banyak mutiara yang kita sia-siakan’.
SKENARIO
Scene 1. Kamar Diandra_Pagi
Nampak Diandra tengah sibuk mengepaki barang-barangnya.. kemudian muncul sang Kakak tanpa bicara sepatah kata pun. Duduk di dekat ransel Diandra. Memandangi adiknya.
DIANDRA
Kok diem aja?! Sariawan ya?! (masih terus sibuk berdandan dan mengepaki bajunya)
DELVIN (tersenyum)
Udah cepetan, ntar keburu ditinggal ama keretanya (mengelus kepala Diandra yang tengah melenggang di depan cermin)
DIANDRA (cemberut)
Kakak..... kebiasaan deh! Emang aku kucing pake dielus kepalanya segala,
Delvin hanya tertawa menggoda adiknya. Menjulurkan lidah. Diandra manyun.
Keduanya kemudian keluar dari kamar. Diandra menggendong ranselnya.
DELVIN
Kamu beneran mau kuliah di Surabaya??
DIANDRA
Yah..... ditanya lagi. Siap banget kakak, lagian orang uda rapi mau berangkat gini juga,
DELVIN
Gak mau dianter?
DIANDRA
No. Kakak tenang aja, everything will be OK. (mencium tangan kakaknya)
Aku berangkat ya kak, doain semua lancar,
DELVIN
Amien.... ntar.....
DIANDRA (langsung memotong)
Kalo uda nyampe telepon kakak?, pastilah hehe
Da.. kakak, assalamu alaikum
DELVIN
Waalaikumus salam
Diandra melenggang pergi. Gambar berakhir ketika Delvin menutup pintu rumah.
Scene 2 . Jalan_Kos_Sore
Sesuai treathment non dialog
Scene 3. Kampus_Kelas_Pagi
Nampak Diandra berjalan menuju kelas. Kelas nampak penuh. Tiba-tiba seseorang menabrak Diandra dari belakang. Sebut saja Permana.
PERMANA (melipat kedua tangan)
Eh, sory-sory aku pikir uda telat, makanya buru-buru banget
DIANDRA (menggeleng)
Gak apa-apa
PERMANA
Oya kenalin aku Permana, panggil aja Pram
DIANDRA (menggamit tangan Permana)
Diandra
PERMANA (manggut-manggut)
Dian....
Seseorang memanggil Permana dari kursi paling ujung belakang. Sebut saja Desi. Scene diakhiri dengan munculnya seorang dosen. Kelas menjadi hening. Nampak Diandra saling bersalaman dengan teman disebelahnya.
Scene 4. Kantin_Siang
Suasana kelas bubar. Diandra, keluar paling akhir.
Kemudian gambar menuju kantin. Disana desi dan permana sedang berdiskusi. Diandra datang da menyapa mereka
DIANDRA
Hai.......pram
PRAM
Eh....... diandra
Kenalin ne sahabat aku desi
DIANDRA (mengulurkan tangan sembari tersenyum ramah)
Diandra..........
DESI(menggamit dengan malas dan senyum yang dipaksakan)
Desi........
DIANDRA
Boleh ikut gabung g?
DESI
Eh...................kamu bisa duduk ditempat lain aku lagi mau diskusi sama pram................sory
DIANDRA
o................gitu ya ! ya udah lain kali aja.
PRAM
Diandra sorry ya...!
Diandra hanya tersenyum sembari mengacungkan cap jempol dan duduk di meja yang lain.
SCENE 5 kelas_pagi
Nampak Desi dan Pram telah ada di kelas ketika Diandra datang.
DIANDRA
Askum....
PRAM
Waskum...oh ya Diandra, aku ada sesuatu buat kamu. (mengulurkan selembar kertas)
DIANDRA (menerima kertas itu)
Apa ini?
PRAM
Itu brosur perlombaan, Rektor mengadakan lomba untuk menyambut mahasiswa baru. Lomba bikin skenario dan fotografi. Lumayan loh kalau misalnya skenario kita menang, entar universitas bakal membiayai produksinya dan bakal di filmkan.
DIANDRA
Kalau yang fotografi?
PRAM
Hasilnya akan di pampang di festival fotografi antar kampus akhir pekan ini. lumayan juga coz banyak orang-orang penting yang bakal datang.
DESI (Menengahi dengan sinis)
Tapi yang dipampang pastinya foto-foto yang berkualitas, bukan yang ecek-ecek.
Diandra hanya tersenyum. Pram kagok.
DIANDRA
Bukannya kalian punya komunitas film...! kenapa kalian gak nyoba?
PRAM
Justru itu, aku sama temen-temen sudah ngirim dengan nama komunitas kami, dan aku ingin menawarimu untuk mengikuti lomba ini juga, siapa tau kamu juga berminat.
Telpon Diandra berdering
DIANDRA
Eh....bentar dulu ya...oh ya makasi atas infonya.
Diandra berjalan keluar untuk mengangkat telpon, Pram mengangguk. (scene berakhir)
SCENE 6
Nampak Desi dan Pram keluar dari sebuah gedung. Desi nampak sumringah.
DESI
Pram aku yakin banget dech skenario kita bakal menang, secara gicthu, kita sudah teruji di income.
PRAM
Jangan besar kepala dulu, kita emang sering bikin film pendek bareng-bareng anak income tapi bukan hal mustahil kita juga bisa kalah, kita juga tidak tau.
DESI
Kok kamu putus asa gitu sih Pram?
PRAM
Bukan putus asa Cuma mengantisipasi hal-hal yang terburuk. Siapa yang gak mau menang? Kalau gak mau menang aku gak akan ikut lomba ini neng.
Keduanya kemudian terhenti ketika melihat Diandra tengah ngobrol dengan kakakknya. Keduanya menghampiri mereka.
PRAM
Mas Delvin? (mengukurkan tangan)
Delvin menggamit tangan Pram.
DIANDRA
Kalian saling kenal?
PRAM
Yayalah mas Delvin salah seorang juri dalam lomba penulisan skenario.
DIANDRA (menoleh pada kakaknya)
Kok gak cerita?
DELVIN
Gak sempat. Lagian kamu juga kenapa gak ikut lomba penulisan skenario kaya Pram? Kamu kan juga punya bakat.
DIANDRA
Lagi gak mood. Lagian kalo ada yang tau kalau kita saling kenal dan scenarioku menang ntar bilang KKN lagi,
DELVIN
PD banget kamu, (seraya memukul kepala adiknya)
DIANDRA (cemberut)
Benerkan ...????????? lagi pula aku punya hobby sekarang (tersenyum manja sambil menunjukkan kamera kepada kakaknya)
DELVIN
Fotografi...?
Diandra mengangguk.
Kamu tuch gak pernah puas dengan satu hobby, semua di cobain, kakak pusing lihat ulah kamu.
DIANDRA
Peace...peace...(sembari mengangkat tangan membentuk angka dua)
DESI
Kakak???? (kaget)
DIANDRA
Eh iya... aku belum cerita, kalau si jelek ini kakakku.
Delvin mencubit Diandra.
Kenalin kak ini Desi sahabatnya Pram temen sekelas aku.
Keduanya saling bersalaman dan menegnalkan diri.
DELVIN
Oh ya Diandra, temenin kakakn ke kantin yuk kakak laper.
DIANDRA
Emang di dalam gak dikasi makan?
DELVIN
Di kasi tapi laper lagi
DIANDRA
Dasar perut karet gak ada kenyang-kenyangnya.
Oh ya kami pamit dulu ya.
Pram mempersilahkan keduanya, Desi nampak cemas. Beberapa langkah sebelum menjauh, Diandra menoleh pada Pram dan Desi seraya berpesan.
Ada banyak hal yang belum kita pelajari di dunia ini. diantaranya menghargai oarang lain. Belajarlah membuka hati untuk orang lain agar kita sadar ada begitu banyak mutiara yang kita sia-siakan.......................
Dandra dan Delvin melenggang pergi, nampak juga Desi dan Pram yang berjalan ke arah yang berlawanan.
SCENE di tutup dengan tulisan pesan terakhir Diandra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar